Selama aku menonton film di
bioskop, itu kebanyakan percintaan dan action tetapi ini ada sebuah film yang
sangat berkesan untukku yaitu Hafalan
Shalat Delisa. Mengapa aku menyukai film tersebut? Pertama, Mengesankan
yang pastinya. Kedua, Bisa sebagai pelajaran untukku. Alur dari cerita ini
sungguh sedih jika kita menghayatinya, banyak sekali pemain pemain di film ini
yaitu Nirina Zubir, Reza Rahadian, Chantiq Schagerl, Al FathirMuchtar, Mike
Lewis, Loide Cristina. Di film ini Chantiq yang berperan sebagai Delisa
berhasil beracting difilm ini yang membuat banyak masyarakat Indonesia tertarik
dengan film ini dan hampir semua bioskop ramai karena ini menonton Hafalan
Shalat Delisa ini. Disini aku sedikit ingin memberikan synopsisnya.
Delisa (Chantiq Schagerl) gadis
kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh,
mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza
Rahadian), Ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak
Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina
Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar
Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi)
26 Desember 2004, Delisa bersama
Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa.
Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba
tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka,
dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta
berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara
Delisa berhasil diselamatkan
Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka
parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik
iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia
sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia
berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya
telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana
Delisa bangkit, di tengah rasa
sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan
juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang
membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah
mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan.
Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba
memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.
"Delisa cinta Ummi karena
Allah".
Aku mengambil banyak pelajaran
difilm ini, diantaranya kita harus mencintai kedua orang tua kita terutama ibu
kita karena di dalam hadist ada yang berbunyi “Surga itu berada di telapak kaki
ibu” jadi kita harus menghormati ibu kita, tetapi tidak hanya kepada ibu kita
saja. Kita harus menghormati dan tidak boleh durhaka terhadap orang tua kita
seperti dalam Al – Qur’an surat Al Israa’ ayat 23 : ” Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia” Maksudnya mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh
agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar
daripada itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar