Minggu, 21 April 2013

Hafalan Shalat Delisa


Selama aku menonton film di bioskop, itu kebanyakan percintaan dan action tetapi ini ada sebuah film yang sangat berkesan untukku yaitu Hafalan Shalat Delisa. Mengapa aku menyukai film tersebut? Pertama, Mengesankan yang pastinya. Kedua, Bisa sebagai pelajaran untukku. Alur dari cerita ini sungguh sedih jika kita menghayatinya, banyak sekali pemain pemain di film ini yaitu Nirina Zubir, Reza Rahadian, Chantiq Schagerl, Al FathirMuchtar, Mike Lewis, Loide Cristina. Di film ini Chantiq yang berperan sebagai Delisa berhasil beracting difilm ini yang membuat banyak masyarakat Indonesia tertarik dengan film ini dan hampir semua bioskop ramai karena ini menonton Hafalan Shalat Delisa ini. Disini aku sedikit ingin memberikan synopsisnya.

Delisa (Chantiq Schagerl) gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), Ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi)

26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara

Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana

Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.
"Delisa cinta Ummi karena Allah".

Aku mengambil banyak pelajaran difilm ini, diantaranya kita harus mencintai kedua orang tua kita terutama ibu kita karena di dalam hadist ada yang berbunyi “Surga itu berada di telapak kaki ibu” jadi kita harus menghormati ibu kita, tetapi tidak hanya kepada ibu kita saja. Kita harus menghormati dan tidak boleh durhaka terhadap orang tua kita seperti dalam Al – Qur’an surat Al Israa’ ayat 23 : ” Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” Maksudnya mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.